Jakarta, 24 Juni 2025 – Di tengah derasnya informasi dan perubahan nilai-nilai di era modern, kekhawatiran akan degradasi moral pada generasi muda semakin nyata. Untuk menjawab tantangan ini, pendidikan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter, menjadi solusi mendesak. Melalui pendidikan holistik, penguatan karakter siswa berperan vital dalam mencegah penurunan nilai-nilai moral, membentuk individu yang berintegritas dan bertanggung jawab.
Pendidikan holistik menekankan bahwa pengembangan diri siswa harus mencakup seluruh aspek: intelektual, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Dalam konteks ini, penguatan karakter menjadi pilar utama. Kurikulum Merdeka di Indonesia, dengan konsep Profil Pelajar Pancasila, secara eksplisit mendukung pendekatan ini. Keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila—beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif—adalah cerminan dari tujuan pendidikan holistik untuk menciptakan manusia seutuhnya.
Implementasi penguatan karakter dalam kerangka pendidikan holistik melibatkan berbagai strategi. Pertama, integrasi nilai-nilai moral dalam setiap mata pelajaran. Guru tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga menanamkan etika, kejujuran, dan tanggung jawab melalui contoh nyata dan diskusi di kelas. Kedua, pembiasaan positif di lingkungan sekolah. Kegiatan rutin seperti upacara bendera yang menumbuhkan nasionalisme, program kebersihan yang mengajarkan kepedulian lingkungan, atau kegiatan sosial yang menumbuhkan empati, menjadi praktik konkret pencegahan degradasi moral. Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Jurnal Pendidikan Karakter pada Maret 2025 menunjukkan bahwa sekolah yang mengadopsi pendekatan holistik secara konsisten melaporkan penurunan signifikan dalam kasus perundungan dan perilaku tidak etis di kalangan siswa.
Selain itu, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah kunci. Keluarga, sebagai lingkungan pendidikan pertama, berperan sebagai teladan utama. Sekolah memperkuat nilai-nilai tersebut melalui disiplin dan pembiasaan. Sementara itu, masyarakat menjadi lingkungan sosial tempat siswa mengaplikasikan nilai-nilai yang telah mereka pelajari. Sinergi ini menciptakan ekosistem yang mendukung, di mana siswa terus mendapatkan penguatan karakter dari berbagai sisi.
Dengan demikian, pendidikan holistik yang memprioritaskan penguatan karakter adalah strategi efektif untuk membentengi generasi muda dari degradasi moral. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan melahirkan individu-individu berintegritas, yang tidak hanya cerdas dan kompeten, tetapi juga memiliki hati nurani dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan.
